(Berita Islam) peranan akal dalam masalah keimanan
Peranan akal dalam masalah keimanan
Akal
mampu membuktikan keberadaan sesuatu yang berada diluar jangkauanya, jika ada
sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk atas keberadaan hal tersebut, seperti
perkataan orang awam tatkala ditanyakan kepadanya “Dengan apa engkau mengenal Rabb-mu (penciptamu) ? ia menjawab, “tahi
unta itu menunjukan adanya unta dan bekas tapak kaki menunjukan pernah ada
orang yang berjalan.
Oleh
karena itu, ayat-ayat al-Quran adalah bukti eksistensi keberadaan Allah Sang
Pencipta dengan cara mengajak manusia memperhatikan makhluk-makhluk-Nya. Sebab,
jika akal diajak untuk mencari Zat Allah, tentu ia tidak mampu menjangkaunya,
seperti firman-Nya :
Yang
artinya “ sesungguhnya pada langit dan
bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah untuk orang-orang yang
beriman. Pada penciptaan kalian dan binatang-binatang melata yang bertebaran
(dimuka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang yakin.” (TQS. Al-Jatsiyat[45]: 3-4).
Karena
keterbatasan akal dalam berpikir, Islam melarang manusia untuk berpikir
langsung tentang zat Allah, karena Zat Allah berada diluar kemampuan akal untuk
menjangkaunya. Dalam hal ini, Rasulullah
saw. Bersabda :
“Berpikirlah kalian
tentang makhluk Allah, tetapi jangan kalian berpikir tentang Zat Allah. Sebab,
kalian tidak akan sanggup mengira-ngira hakikat Allah yang sebenarnya. (HR
Abu Nu’ aim dalam Al-Hidayah; sifatnya marfu’, sanadnya dha’if, tetapi isinya
sahih).
Akal manusia
yang terbatas tidak akan mampu membuat khayalan tentang Zat Allah yang
sebenarnya; bagaimana Allah melihat, mendengar, berbicara, bersemayam diatas ‘Arsy-Nya,
dan seterusnya. Sebab, Allah bukanlah materi yang bisa diukur atau dianalisa,
tidak dapat dikiaskan (disamakan) dengan materi apapun, semisal manusia,
makhluk aneh berkepala dua, bertangan sepuluh, dan sebagainya.
(sumber dari buku ; MDI (Materi Dasar Islam)).
Penerbit : Al-Azhar Press
Jika
kita amati, didalam dunia ini terdapat 3 unsur yang dapat dijangkau oleh akal,
yaitu : makhluk hidup, manusia, alam semesta (seluruh benda mati termasuk
planet dan tata surya). Untuk mengetahui keberadaan sang pencipta cukup dengan
mengamati benda-benda yang ada. Dalam hal ini Allah berfirman :
“sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi , dan silih bergantinya siang dan malam
terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang yang berakal. (TQS. Ali ‘Imran [3]: 190).
Apabila
kita melihat ketiga unsur diatas, kita akan dapati bahwa ketiganya bersifat
terbatas. Contoh; manusia akan mati, sama halnya dengan makhluk hidup lainya.
Alam semesta akan mengalami batas waktu yang tidak dapat dilampauinya lagi
(misalnya, batu yang keras lama-lama masih hancur juga). Berarti sang pencipta adalah
sesuatu yang tidak terbatas. Dengan arti lain bahwa Ia adalah sesuatu yang lain
dari ketiga unsur diatas (manusia, makhluk hidup, dan alam semesta). Sebab jika
tidak, berarti Ia bersifat terbatas / sama dengan makhluk ciptaanya. Kemudian,
oleh karena Allah tidak sama dengan makhluk (manusia, makhluk hidup, alam
semesta) maka kita sebagai manusia tidak akan dapat membayangkan seperti apa
bentuk Allah, itu adalah mustahil karena manusia hanya dapat membayangkan ketiga
unsur tadi.
Islam adalah agama yang masuk akal, dan
sesuai fitrah manusia yaitu memuaskan akal dan memberi ketenagan jiwa/hati.
#mari mengaji…………………
Comments
Post a Comment